Pages

Thursday, March 20, 2014

Belajar Origami Bersama IIP Bandung dan Rumah Origami

Euforia origami berhari-hari :)
Origami pada awalnya saya kira melulu soal kegiatan melipat kertas yang rumit dan hanya berbentuk 2 dimensi. Dari dulu saya selalu lupa step-step membuat origami bangau kertas yang super terkenal itu. Besides, saya juga bukan Japanese freak yang tergila-gila akan hal-hal berbau Jepang, jadi tidak pernah merasa bersalah dengan keadaan itu :P. Sampai pada akhirnya IIP Bandung menyelenggarakan workshop perdana dengan tema belajar membuat origami. Pandangan saya tentang origami seketika berubah, dan malah jadi kecanduan dengan aktivitas yang satu ini :)


Awalnya secara tidak sengaja saya membaca headline sebuah berita tentang manfaat kegiatan origami untuk anak-anak. Penasaran dan ingin belajar lebih jauh demi anak, spontan saya usulkan ide belajar origami ini kepada para perintis IIP Bandung sebagai salah satu agenda kegiatan kami. Gayung bersambut dan singkat cerita tema ini dijadikan kegiatan workshop perdana IIP Bandung. Mencari guru untuk mengajarkan origami ini juga tidak sulit, karena salah satu anggota IIP Bandung ada yang sudah malang melintang lama di dunia origami, pernah belajar langsung origami di negri Sakura dan kebetulan kerabat dekat suami saya. Beliau adalah Deris Ristiana pemilih Rumah Origami Bandung (seputar Rumah Origami bisa dibaca disini). Saya biasa memanggil beliau dengan sapaan mak cu Deris. 

Ini dia mak cu Deris sang pemilik Rumah Origami (captured by Dita Wulandari)

Workshop ini diadakan hari Jum'at, 14 Maret 2014 bertempat di rumah mak cu Deris yang asri, nyaman dan unik :). Kami belajar di area ruang terbuka yang memang biasa dipakai sebagai pusat aktivitas Rumah Origami. Ada 2 (dua) bentuk origami yang diajarkan mak cu Deris di workshop kali ini. Origami box segi-8 untuk diikuti para ibu - yang bisa digunakan sebagai box penyimpanan, box kado, mempercantik kotak kue lebaran atau sekedar sebagai pajangan yang cantik- dan origami pensil warna untuk diikuti anak-anak. Mak cu Deris menyampaikan banyaknya manfaat yang bisa dirasakan dengan mengikuti kegiatan origami, baik untuk anak-anak, orang dewasa bahkan para lansia. Bagi anak-anak terbukti kegiatan origami dapat memperpanjang rentang konsentrasi sehingga sangat bermanfaat dalam proses belajar, menumbuhkan imajinasi, kreativitas, belajar membaca gambar, berhitung, dan mengenal warna dengan mengasyikkan (bagi usia toddler). Bagi orang dewasa dan lansia kegiatan origami dapat merangsang kreativitas, jadi kegiatan yang menyenangkan di waktu luang, menambah skill dan memperlambat kepikunan. Kabarnya di Jepang sana yang paling semangat mengikuti kelas origami adalah para lansia lhooh, keren ya. 

Beberapa foto kegiatan saat workshop origami (captured by Dita Wulandari and Destiyana Dewi)
Saya amaze karena mampu mengikuti langkah-langkah membuat si box segi-8 sampai jadi, makanya kecanduan, ahahaha. Awalnya meniatkan ikut untuk menambah referensi kegiatan bersama anak, tapi ternyata malah candu dengan aktivitas origami untuk ibu-ibu. Hihihi. Sampai rumah tidak sabar untuk upload foto si box segi-8 di facebook saking senangnya (*mulai agak norak :p). Dan ternyata animo teman-teman yang melihat foto narsis saya luar biasa, ingin juga tahu gimana sih cara membuat si cantik segi-8 ini. And here there are:

Alat dan Bahan:
  • 16 lembar kertas origami bercorak, atau polos, atau campuran dari keduanya, atau campuran dari beberapa corak kertas untuk variasi tampilan hasil akhir, sesuai dengan selera. Ukuran kertas origami juga sesuai selera.
  • Penjepit kertas (paper clips) ukuran kecil.

Langkah-Langkah Pengerjaan: 

Langkah-langkah membuat origami box segi-8
  1. Lipat origami membentuk segitiga, buka lipatan kemudian lakukan hal yang sama pada sudut lainnya.
  2. Buka lipatan sehingga terlihat bekas kedua lipatan (kress) berbentuk silang (X).
  3. Lipat keempat sudut kertas mengikuti garis kress menuju pusat kertas.
  4. Gambar hasil lipatan langkah no.3
  5. Buka lipatan segitiga atas dan bawah.
  6. Lipat segitiga bawah sampai ujung kertas bertemu titik pertemuan kress segitiga atas, kertas origami sekarang berbentuk seperti amplop.
  7. Lipat bagian kanan kertas mengikuti garis kertas seperti pada gambar no.7.
  8. Balik kertas.
  9. Pertegas kress horizontal pada sisi bawah kertas, kemudian buka kembali lipatan.
  10. Lipat kertas mengikuti garis tengah kertas.
  11. Sehingga bagian kertas yang menghadap ke kita tampak seperti gambar no.11.
  12. Bagian kanan kertas dilipat ke arah kanan mengikuti garis kertas seperti pada gambar.
  13. Sehingga hasil lipatan tampak seperti gambar no.13.
  14. Lakukan langkah-langkah yang sama pada sisa kertas origami lainnya.
  15. Bagi 2 kelompok kertas, masing-masing berjumlah 8 untuk bagian atas dan bawah box. Ambil 1 kertas, kemudian buka perlahan dan pegang di tangan kiri seperti tampak pada gambar no.15.
  16. Ambil 1 kertas lainnya, buka dan pegang dengan tangan kanan. Kemudian selipkan kertas ditangan kanan ke bagian lipatan terbuka bagian kanan kertas di tangan kiri seperti tampak pada gambar no.16.
  17. Rapikan sambungan kedua kertas, sehingga bagian kress bawah saling mengunci.
  18. Selipkan paper clip agar sambungan kedua kertas tidak bergeser.
  19. Lakukan langkah 17-19 pada 6 kertas lainnya.
  20. Sambungkan kertas ke-1 dan ke-8, sehingga rangkaian kertas origami saling bersambungan seperti gambar no.20.
  21. Rapihkan bagian kertas yang mencuat ke atas mengikuti alur lipatan, sehingga bagian yang tadinya tegak dapat diposisikan saling menyilang dan sejajar dasar box.
  22. Lipat ujung-ujung kertas yang mencuat mengikuti pola lipatan pada tengah box, berfungsi juga untuk memperkuat sambungan antar kertas.
  23. Lepas semua paper clips, ini lah bagian bawah box yang sudah jadi.
  24. Lakukan kembali langkah 15-23 untuk membuat bagian atas box.
  25. Gabungkan bagian bawah box dengan bagian atas nya. Selesai :) 

Agak panjang ya, tapi jika dipraktekkan cukup cepat koq, apalagi jika sudah mahir. Semoga keterangan gambar dan fotonya jelas ya teman-teman dan bisa diikuti. Saya pribadi larut dalam euforia origami ini sampai berhari-hari. Sampai dipikirkan benar-benar kalau kertas corak x digabung dengan corak y dan z, nanti hasil akhir corak boxnya bakal jadi seperti apa. Jadi mengasah kemampuan visualisasi otak juga, lumayan buat saya yang kemampuan imajinasinya pas-pasan :p.

Selamat mencoba yaaa :)


Thursday, February 20, 2014

My Blog, Here I Come (again)!

Heu, penyakit lama saya adalah masalah inkonsistensi. Termasuk deh mengurusi si blog ini. Awal bikin blog ini semangat juang belajar dari mbak Lala yang rutin bikin kelas workshop online di portal Digital Mommie. Sayangnya sampai waktu workshopnya habis karena masalah inkonsistensi tadi belom kelar dong si saya ini mempelajari semua materinya. Sehingga akses saya ke resource materi ditutup sudah. Sayang banget yaa, padahal waktu workshopnya 7 bulan lhoh. Nasi sudah jadi bubur (hiks), mari kita hadapi kenyataan ini dengan usaha melengkapi belajar dari sumber-sumber lainnya. Berdoa nanti bisa ikut workshop lagi dengan harga miring. *super ngarep.

Saya memutuskan kembali menengok blog ini karena agak terpaksa. Heee. Amaze juga liat traffic nya yang lumayan untuk penulis super pemula macam saya dengan jumlah tulisan yang masih amat sedikit. Jadi semangat lagi deh ngisi blog ini dengan hal macam-macam. Ga mau ribet lagi kayak di awal pingin bikin blog dengan tema spesifik, beda dan unik. Cukup tujuannya menuangkan segala pikiran, ilmu-ilmu baru yang saya dapet, hal-hal yang ingin saya share, dan belajar merunutkan ide dalam bentuk tulisan. Thats it.

So, seperti yang disampaikan sebelumnya saya kembali menulis dengan keadaan agak terpaksa. Karena ada tugas menulis essay pendek untuk para pengurus IIP cabang Bandung yang harus di-share kepada khalayak ramai. Aih. pasti ada yang bingung IIP cabang Bandung itu apa. Tuuuh makin banyak PR yang harus ditunaikan, next writing deh yaaa.

gambar di ambil dari sini

Essay singkat ini harus dapat menceritakan kelebihan saya saat ini, kelebihan yang ingin saya capai di masa depan dan langkah-langkah untuk mencapainya.

Bicara soal kelebihan, saya benar-benar blank dan ga punya ide. Apakah kamu juga begitu? Typically orang Indonesia kali yak, sedari kecil harus meninggikan lembah alias berfokus pada hal di luar kelebihan diri yang sebenarnya dan jarang diajari berani speak up sedari kecil. Tapi masa sih saya tidak punya kelebihan, sayang bener Allah sudah menciptakan saya hasilnya hanya sia-sia. Maka saya berpikir sangaaat keras tapi tetap berusaha jujur mengenai hal ini. Karena tulisan ini asli bukan buat gaya-gayaan, tapi refleksi hidup atas apa yang selama ini Allah beri. Bismillah, setelah dicermati saya adalah seseorang yang punya keinginan kuat dan mampu bertahan hidup mandiri, walau belum sepenuhnya. Dari SMA saya sudah biasa hidup mandiri terpisah ribuan mil bahkan dipisahkan oleh lautan luas Indonesia dari kedua orang tua. Saya biasa mengurus segala sesuatunya sendiri, sakit parah sendiri tanpa ada keluarga yang mendampingi, mengatur keuangan sendiri (walau selalu ada transferan dari ortu setiap bulannya, kalau diakhir bulan kurang masih bisa nambah, heee), ngambil rapor sendiri, ngurus awal-awal perkuliahan sendiri (padahal teman-teman kebanyakan masih didampingi orang tuanya waktu itu). Saya memilih untuk mandiri, terpaksa menjalankannya sekaligus menikmatinya.

Kelebihan saya yang lain: walau saya biasa mandiri, saya bisa diandalkan dalam kerjasama tim. Tipe team work banget lah (ini hasil didikan selama di TI deh kayaknya), bahkan saya bingung kalau kerja sendirian berasa tidak punya partner diskusi. Alhamdulillah selama ini di rumah suami bisa jadi partner tim yang oke banget :). Terimakasih ayaah

Kelebihan yang ingin saya capai di masa yang akan datang (kayaknya lebih enak kalau ada time limit nya ya, misal sampai akhir tahun ini) adalah kemampuan memanage rumah tangga dengan baik (aihhh umum banget yak) dan kemampuan menjalankan usaha daycare yang selama ini selalu mentok ditahap rencana.

Langkah-langkah untuk mencapai kelebihan yang diinginkan:
  1.  membiasakan diri membuat dan menjalankan checklist to do;
  2.  menamatkan semua rekaman kuliah online program Bunda Sayang IIP; dan
  3.  mensinergikan rencana menjalankan daycare dengan proses bertumbuh bersama anak-anak ( ada yang bilang ini tidak akan fokus, tapi saya mau coba, karena core business yang akan dijalankan berhubungan erat dengan dunia anak-anak).
Khusus untuk rencana menjalankan daycare saat ini sudah berjalan pembuatan proposal bisnis versi investor, kerjasama dengan konsultan pendidikan yang sudah berpengalaman agar ada pegangan dan mendorong daycare ini tidak jalan setengah-setengah, serta masih pilah-pilih lokasi yang paling ideal. Kedepannya tinggal mencari investor, tetap keep in touch dengan konsultan dan jalan deh bismillah.

Semoga dengan saya men-share mimpi-mimpi tersebut disini, banyak yang baca, banyak yang meng-aminkan, banyak yang ngasih link buat bantu mewujudkannya. Aamiin :)

"You have to dream, before your dreams can come true"
 A. P. J. Abdul Kalam

Saturday, June 29, 2013

Video Ghazi 5 bulan

Menemukan kembali video Ghazi saat umurnya masih 5 bulan. Masih lucuuuu bangettt. Sekarang juga masih lucu sih tapi ada plus-plus nya. Plus suka riwil-suriwil, plus suka kekeuh-surekeuh, dan plus-plus lain-lainnya. Hehehe


Agar awet dan tidak hilang dalam tumpukan video dan gambar yang diambil dari handphone, tampak lebih baik memasangnya disini. Nanti suatu saat kangen moment-moment ghazi masih bayi banget ini, tinggal lihat deh di arsip blog :)

Monday, June 24, 2013

Catatan Kuliah Bunda Sayang Institut Ibu Profesional: Komunikasi Produktif

Gambar diambil dari: sini
Kembali Institut Ibu Profesional (IIP) pusat yang markasnya di Salatiga mengadakan perkuliahan Bunda Sayang di tahun 2013 ini. Kuliah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ibu sebagai ujung tombak keluarga dalam mengelola kehidupan keluarga dan meningkatkan kualitas hidup anggota keluarganya. Tahun lalu saya juga mengikuti perkuliahan ini, tapi sayangnya sering bolong-bolong. Jadi saat IIP kembali mengadakan program kuliah Bunda Sayang, saya betul-betul niatkan untuk selalu datang ke kelas virtual kami di wiziq. Semoga kali ini bisa konsisten.

Kuliah pertama Bunda Sayang mengangkat tema "Komunikasi Produktif". Waduuuh pas sekali dengan kondisi yg saya alami di minggu-minggu itu. Rasanya tiap hari meledak-ledak saat menghadapi Ghazi. Saya terdengar seperti ibu yang putus asa dan bawel. Di saat yang sama merasa kehilangan rasa dibutuhkan anak, karna anak lebih terlihat secure dengan ayah yang sabar. Ditambah lagi saya baru saja memutuskan kembali beraktivitas di luar rumah walau tidak setiap hari. Namun ternyata rasanya berat sekali melepas perhatian penuh pada anak. Saya merasa kekurangan waktu dalam memperbaiki hubungan dan semakin terpuruk secara emosi.

Rasa desperate ini harus segera diperbaiki. Saya rasa komunikasi produktif bisa menjadi langkah awal solusi bagi masalah ini. Berikut catatan kecil saya selama perkuliahan tersebut:

For things to chance, i must change first

Memilih kata sangat penting saat kita berbicara. Kata-kata mewakili apa yang kita pikir, membawa energi sekaligus menentukan kualitas diri. Tak berbeda saat berkomunikasi dengan anak, hal ini juga berlaku. Prinsip-prinsip berikut akan membawa hubungan yang lebih positif dan produktif jika kita praktekan bersama anak:
  1. Anak tidak memahami kata jangan, hal ini sudah cukup sering dibahas diberbagai seminar-seminar parenting. Kata-kata bernada "jangan", "no no no", "tidak" belum bisa dipersepsikan utuh oleh anak khususnya balita. Walaupun mereka terlihat menuruti apa yang kita minta sebenarnya mereka belum paham maksud dari larangan tersebut. Gantilah kalimat-kalimat negatif dengan kalimat yang positif dan produktif. Contoh sederhananya: ganti kata jangan lari-lari dengan kalimat jalan hati-hati, dsb.
  2. Keep information short and simple (KISS)
  3. Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan. Bedakan galak dengan tegas saat anak melakukan hal yang melanggar batasan menurut kita. Galak itu marah-marah, emosi dan kata-kata yang keluar dari mulut kita tidak beraturan. Sementara tegas, kita marah tapi kepala dan hati tetap tenang, kita tetap bisa memberikan instruksi dengan kalimat sederhana dalam situasi paling tidak mengenakkan sekalipun.
  4. Saat anak melakukan kesalahan, kendalikan suara dan gunakan nada yang ramah. Dilarang teriak-teriak. Dari pengalaman pribadi teriak-teriak ke anak saat marah sebenarnya cuma pelepasan perasaan emak saja, bukan menyelesaikan masalah. Dampak ke anak yang positif bisa dibilang tidak ada. Sebaliknya anak menjadi takut, berlindung pada orang yang lebih sabar dan yang lebih menakutkan lagi jika nanti suatu saat mereka meniru perbuatan sang emak secara tidak sadar. Huhuhuhuhuhu
  5. Seringlah membuat kejutan menarik untuk anak. PR banget nih.

Ada lagi hal-hal yang harus diperhatikan orang tua selama berkomunikasi dengan anak:
  • Fokus pada solusi bukan masalah. Jika anak melakukan suatu kesalahan, orang tua dilarang mengeluh, tetap tenang dan tuntun anak-anak untuk menyelesaikan masalahnya. Orang tua yang suka mengeluh akan menghasilkan anak-anak yang suka mengeluh, vice versa
  • Ganti kata "tidak bisa" menjadi "bisa". Efeknya, kita akan menelurkan anak-anak yang PD.
  • Katakan apa yang kita ingin anak lakukan, bukan apa yang tidak kita inginkan.
  • Fokus pada masa depan, bukan masa lalu. Jadi, jangan mengulang-ngulang pembahasan mengenai kesalahan yang pernah anak lakukan di masa lalu.
Buat saya pribadi, kata-kata dan semangat bu Septi itu seperti sihir positif. Heee. Materinya mungkin sudah sering juga dibahas di seminar-seminar parenting oleh pembicara yang tak kalah keren. Tapi entah mengapa kalau bu Septi yang menyampaikan rasa semangat untuk mengubah diri dari bu Septi itu menular. Suami saya aja sampai bilang "kenapa ya ibu kalau ayah yang bilang iya iya aja, tapi kalau bu Septi yang bilang langsung bersegera melaksanakan. Padahal inti permintaan atau obrolannya sama". Heeee, ga papa ya ayah yang penting ayah dan bu Septi obrolannya kompak. *lhoooh.

Apa sesaat setelah kuliah ini saya berubah jadi ibu yang sabar? Belum sayangnya. Perlu usaha, konsistensi, masukan dari pasangan dan muhasabah. Mengingat-ingat kembali betapa bersyukurnya Allah beri karunia dan kepercayaan dalam menjaga amanahNya. I'm on my way, insyaAllah.


Saturday, June 15, 2013

From Barney: The Rainbow Song




Jika ditanya pengalaman masa muda yang paling berkesan dalam hidup, kemungkinan besar cerita ini yang akan saya bagi dengan sang penanya. Berkenalan dengan dunia anak-anak jauh sebelum menikah dan punya anak. Saya yang anak kuliahan jurusan teknik di ITB, yang dengan kehendak Sang Kuasa diizinkan belajar lebih dulu dunia anak dibandingkan dengan teman-teman sebaya kebanyakan bersama para pecinta dunia anak lainnya. Di masa kuliah tingkat 2 saya mulai berkecimpung di unit mahasiswa ini, bernama PAS (Pembinaan Anak-Anak Salman) ITB. Unit mahasiswa yang sangat seru sekaligus berisik, kreatif sekaligus agak keterlaluan , hangat sekaligus bertabur konflik. Seperti keluarga paket lengkap. Di sini lah saya mulai mengenal The Barney Show. Dan ini lah lagu Barney pertama yang saya dengar, yang mengantarkan saya mendengarkan lagu-lagu Barney lainnya sepanjang masa kuliah dulu.


Para penggemar Barney mungkin sudah hapal judul lagu dan liriknya, The Rainbow Song. Yang memperkenalkan adalah k Ona Kadiv TK di semester 44 (ini sekitar 8 tahun yang lalu). Lagu ini dibawakan saat penutupan mentoring (nama kegiatan rutin ahad kami) oleh perwakilan kaka Pembina TK. Jadi hampir 1 minggu penuh kaka-kaka berlatih sebaik mungkin agar penampilan di depan adik-adik maksimal, menghibur sekaligus tersampaikan makna lagunya. Aransemen lagu beda sedikit dengan versi asli, k Yayang yang mengaransemen sepertinya sengaja menyesuaikan ritme lagu jadi agak ngepop sesuai usia kaka-kaka, heee

P.S: Maaf yaaa suaranya pas-pasan banget, heee. Berani-beraninya majang suara pas-pasan di blog ;P
 

Monday, June 3, 2013

Kado untuk Yang Ti

Tanggal 13 Mei 2013 yang lalu, yang ti (mama mertua saya) Ghazi berulang tahun. Tepat setelah a very long weekend in that month, jadi kaka ipar beserta keluarganya yang tinggal di Jakarta bisa ikut meramaikan kejutan ulang tahun yang ti. Memang kebiasaan keluarga suami jika ada yang ulang tahun, kalau bisa semua kumpul dan makan-makan. Sekalian menyalurkan hobi mertua saya yang pinter banget masak. Jadi kalau ada yang berulang tahun (kecuali mama mertua saya ini), mama pasti masak-masak super heboh dan enak. Saya yang jarang menginap di rumah mertua pun (padahal masih satu kota, heee) mengkhususkan diri untuk menginap di pekan tersebut. Jadilah rumah yang ti dan yang kung ramai kembali dengan kehadiran 3 bocah aktif. Sebelumnya yang ti dan yang kung jarang kesepian karna keluarga kaka ipar lebih sering tinggal di Bandung daripada di Jakarta, baru beberapa bulan terakhir ini mereka memutuskan untuk stay permanently in Jakarta. Sementara saya dan suami sudah dari awal pernikahan tinggal terpisah dari mereka.

Kiri-kanan: Ghazi (21 mo), Yang ti, Azizah (17 mo), Naila (4 yo)

Nah untuk ulang tahun yang ti ini, saya selaku pelaksana belanja keluarga cukup bingung akan menghadiahi beliau apa. Suami saya apalagi. Setelah dipikir-pikir yang ti sudah punya semuanya. Ahahahhaha. Bingung deh, sampai akhirnya hari menginap tiba dan kami masih belum memutuskan.  Untunglah, istri kaka ipar saya datang sebagai penyelamat. Hihihihihi. Tiba-tiba beliau minta foto close up Ghazi. Aha, saya sudah feeling pasti buat kado mertua. Dan mengakulah saya bahwa saya dan suami belum menyiapkan kado. Heee, dan dengan baik hati beliau mengajak patungan dan ikut membantu persipan. Alhamdulilllaaaah. Beliau sudah mempersiapkan kue ulang tahun, baju, dan peralatan scrap booking. Ya kado utamanya si scrap book tersebut. Koordinator utama persiapan kado yang ti adalah istri kaka ipar, saya asli bantu dikit banget. Heu, semoga beliau ikhlas saya bantu dikit.

Hasil scrap book nya lupa terus di foto kalau sedang main ke rumah yang ti. Mudah-mudahan bisa di-upload di lain waktu. So, untuk yang bingung saat menghadiahi para orang tua saat mereka berulang tahun, scrap book ini bisa menjadi salah satu alternatif lho. Dengan hiasan foto-foto para cucu atau kenangan mereka di masa lalu, hadiah yang tak lekang waktu mudah-mudahan.

Thursday, May 23, 2013

Melukis dengan Jari (Part II)

Ah, baru sempat update lagi kelanjutan dari kegiatan Melukis dengan Jari kami. Sekitar sebulan yang lalu padahal sudah diposting bahan yang diperlukan untuk melakukan aktivitas ini. Teman-teman bisa membaca posting sebelumnya disini. Dan sesungguhnya kegiatan ini sudah 2 kali dilakukan dibulan April yang lalu. Ucap syukur walau “cuma” 2 kali, bisa terlaksana juga niatan mulia tersebut. Sekarang belum sempat lagi malah untuk aktivitas yang dikhususkan macam ini bersama ghazi.

Nah ceritanya pada percobaan pertama, saya sudah mempersiapkan alat dan bahan kegiatan malam sebelumnya. Jadi malam-malam saya heboh dengan panci dan kompor namun bukan dalam rangka kegiatan masak, melainkan nyetok cat. Eh ternyata saat dipakai, cat-cat yang sudah distok tersebut lebih menyerupai agar-agar; kenyal dan padat. Intinya tidak bisa dipakai, malah ghazi kira itu agar sungguhan karna dia sudah siap-siap buka mulut minta disuapi. Sepertinya tepung maizenna yang dicampur ke adonan kebanyakan. 

Dan saya pun kepepet, karna sudah koar-koar plus sudah membentangkan kertas besar dihadapan ghazi. *ini kesalahan selanjutnya, harusnya pastikan dulu semua alat dan bahan sudah oke dan siap pakai baru koar-koar. It’s gonna make your day easier.  Jadilah pakai plan #2, cat sekali pakai (tidak bisa distok) namun tetap aman termakan. Kepepet selanjutnya: bahan disiapkan dihadapan ghazi.

Bahan Cat Aman Tertelan Sekali Pakai:
  1. 1 sendok makan tepung terigu
  2. Air secukupnya untuk melarutkan tepung terigu dengan kekentalan sesuai selera
  3. Pewarna makanan, teteskan beberapa tetes
Apa ghazi tertarik? Awalnya dia sangka itu adonan untuk masak. Jadi dia meniru gaya saya saat mengaduk tepung, air dan pewarna dengan heboh. Saat diberikan, ghazi malah berlari ke laci utensils untuk mengambil sendok. Dan kemudian ikutan heboh meniru gaya saya mengaduk. Aduuuuh, ini lah akibat kepepet. Oke oke saya yang salah, jadi harus sabar. Dicontohkanlah kepada ghazi bagaimana cara menggunakan cat yang saya beri tersebut. Awalnya dia ga mau dong tangannya kotor kena cat, minta terus dicuci saat sadar tangannya bernoda warna warni. *Ini akibat lain kalau terlalu heboh lihat anak tangannya berlumur tanah dan minta dia cepat-cepat mecucinya

Percobaan pertama ini dia cepat bosan, saya harus sangat berusaha membuat kegiatan ini menarik. Saat diperkenalkan kata “basah” dan “licin” dia malah ingatnya kamar mandi. Ya well, ternyata secara tidak sadar saya sudah memperkanalkan kedua kata tersebut secara spesifik. Air untuk kata basah dan lantai kamar mandi untuk kata licin.

Percobaan kedua seminggu setelahnya berjalan  lebih mulus, ghazi mulai paham dan lebih heboh. Walau masih belum bisa bertahan lebih dari 15 menit, dengan jeda dia mulai bosan sampai akhirnya benar-benar mau pindah ke mainan lain. Tapi lumayan banget lah. Kapan-kapan ingin dicoba lagi ah, lumayan melatih rentang waktu fokus anak dan berkreasi dengan warna dengan cara yang menyenangkan.